Rangkuman Beberapa Kuliah Filsafat di INSISTS (Maret – April 2019) – Bagian 1

“Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations”, disingkat INSISTS, merupakan sebuah lembaga think tank yang fokus pada kajian pemikiran dan peradaban Islam. Kantornya di Kalibata, Jakarta Selatan. Saya sudah kenal dan tertarik dengan INSISTS melalui buku dan diskusi mailing-list saat masih kuliah di Bandung, 2002 – 2007. Saya senang dengan bahasan-bahasannya, karena mencerahkan pemahaman Islam secara modern dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Saat beberapa kajian yang saya ikuti cenderung menolak filsafat, INSIST justru secara kritis memanfaatkan filsafat sebagai wahana memperkuat pemahaman Islam serta menjadikannya senjata untuk menghadapi pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Hanya saja, saya belum pernah berinteraksi langsung dengan INSISTS ini.

Dan sayangnya, sejak pertama kali jadi penghuni kota Jakarta pada 2012, baru pada 2018 saya tahu bahwa INSISTS mengadakan kajian rutin pekanan di kantornya di Kalibata. Dan baru pada Maret 2019 saya bisa ikut kajiannya yang bertajuk Saturday Forum tersebut. Haha. Alasannya ada sih. Sebelum Maret 2019, saya masih bekerja di tempat yang tidak memberikan libur di hari Sabtu, makanya saya selalu tak bisa hadir. Per Maret 2019 saya sudah bekerja di tempat baru. Sabtu libur. Alhamdulillah, akhirnya bisa ikut.

Sepanjang Maret – April saya sebetulnya hanya mengikuti 3 pertemuan Saturday Forum, dari yang seharusnya ada 8. Tapi tak apa. Alhamdulillah banyak dapat pengetahuan. Berikut ini akan saya rangkum satu per satu. Pertemuan pertama yang saya ikuti, bahasannya tentang Feminisme.

Dilema Moralitas dalam Feminisme [Dr. Dinar Dewi Kania] (23 Maret 2019)

Feminisme merupakan sebuah konsepsi, ideologi, gerakan yang bertujuan mendapatkan definisi dan membentuk suatu kesetaraan gender di semua aspek sosial (politik, ekonomi dan kehidupan personal). Feminisme mrupakan buah dari peradaban barat, sekaligus juga merupakan bentuk kritik terhadap filsafat barat yang bias gender. Lahirnya feminisme dilatarbelakangi oleh pandangan tradisional yang melandasi berbagai pemikiran filsafat Barat, bahwa perempuan cenderung lebih terikat pada tubuhnya daripada pada akalnya. Laki-laki sebaliknya. Perempuan lebih emosional dan irasional. Laki-laki sebaliknya.

Dengan dasar pandangan ini, laki-laki dapat menciptakan kreativitas dan merupakan pembentuk budaya, sedangkan perempuan lebih terasosiasi dengan reproduksi biologis. Lebih jauh, terbentuklah pembagian kerja yang paternalistik: laki-laki mendominasi urusan politik, sosial budaya, agama, sementara perempuan berada di rumah.

Pemikiran-pemikiran filsuf Barat cenderung bias gender. Aristoteles memandang tingkat pandangan keadilan, kebijaksanaan, dan semangat pada perempuan lebih rendah dari laki-laki. Rousseau memandang perempuan terasosiasi dengan ketenangan, kepatuhan dan kesetiaan. Immanuel Kant memandang perempuan memiliki kebajikan yang indah (beatutiful virtue), sementara laki-laki memiliki kebajikan yang mulia (noble virtue).

Pandangan-pandangan seperti itu memberi warna dalam etika (cabang filsafat tentang baik dan buruk/benar dan salah). Perempuan dipandang baik-buruknya dengan cara yang berbeda dengan laki-laki, dan seringkali tidak adil. Misalnya, bidang pekerjaan tertentu diisi laki-laki sementara perempuan merasa bisa mengisi bidang yang sama. Jadi, pada intinya yang diinginkan feminisme adalah kesetaraan gender. Namun sebagai sebuah isme, ia berkembang lebih jauh. Ia sekarang lebih mengarah ke otoritas perempuan terhadap dirinya, termasuk tubuhnya. Otoritas atas tubuh berlaku bagi setiap individu, dan harus dihargai (ethics of care). Perempuan dipandang seharusnya bebas memilih berkarir dan tidak menikah; bebas memilih melakukan aborsi; karena: tubuhnya adalah miliknya.

Sekalipun asalnya merupakan reaksi atas filsafat Barat, kritik juga bisa dengan mudah diteruskan ke prinsip filsafat lain, terutama karena pandangan-pandangan filsafat non-barat cenderung tidak berkembang lebih maju dari filsafat Barat. Bagaimana dengan agama? Wah ini lebih lagi. Feminisme cenderung memandang agama sebagai sebuah institusi paternalistik. Makanya, institusi ataupun aturan yang dibangun oleh agama dipandang sebagai bentuk represi atas otoritas yang dimiliki perempuan.

Isu-isu kontemporer misalnya mengenai pernikahan, aborsi hingga lesbian. Pernikahan dipandang sebagai wadah untuk kekuasaan laki-laki, bahwa setelah menikah perempuan akan berada di bawah kendali laki-laki dan dengan demikian perempuan kehilangan kebebasannya. Dan bahkan, beberapa kasus pernikahan bisa dipandang sebagai perkosaan, karena ada pemaksaan dari laki-laki untuk berhubungan seksual dengan perempuannya. Lalu, karena pandangan “tubuhnya adalah miliknya”, maka perempuan dipandang berhak melakukan apa yang dia pandang perlu bagi tubuhnya tersebut. Maka mereka tak merasa perlu diatur apakah boleh melakukan aborsi atau tidak. Kalaupun mau membatasi, secara medis saja (misalnya, seorang perempuan boleh memilih aborsi kecuali kalau aborsi justru akan membahayakan hidupnya), tak perlu dibatasi dengan moral/etika karena etika membatasi kebebasan pikiran.

Demikian pula dengan pilihan orientasi seksual.

Oh ya. Ethic of care itu juga berlaku pada laki-laki. Jadi, setara. Artinya, laki-laki bebas mau apa dengan dirinya, perempuan bebas mau apa dengan dirinya. Maka tak heran, feminisme seringkali berjalan beriringan dengan liberalisme dan gerakan LGBT.

Tentu saja jadinya bertentangan dengan Islam. Terlebih lagi jika Islam dipandang sebagai sebuah isme yang setara dengan isme-isme lain, yakni sama-sama merupakan sebuah produk kebudayaan atau buah pikiran manusia, maka Islam dipandang sebagai sebuah produk budaya paternalistik yang represif pada perempuan. Gugatan pada konsepsi dan aturan Islam beragam, seperti tata cara shalat, hukum-hukum terhadap wanita, sampai pada relasi pernikahan. Sebetulnya ketidaksinambungannya ada di sini. Feminisme adalah sebuah reaksi atas filsafat umum (barat dan timur) yang cenderung merendahkan perempuan, sedangkan Islam sendiri juga mengkritik pandangan filsafat umum tersebut.

Dilema pada feminisme adalah ketika dihadapkan dengan moralitas, yang dibahas oleh etika. Feminisme akan selalu mengkritik etika, karena etika lahir dari apa yang tampak dan tidak tampak, sedangkan feminisme lahir dari apa yang tampak. Feminisme menekankan otoritas atas diri sendiri, dan ia tidak memberikan sebuah jawaban ketika dihadapkan dengan aktivitas komunal (masyarakat) kecuali satu hal etika feminisme: hargai hak individu.

Dalam Islam, konsepsi etikanya adalah ethic of virtue (etika kebajikan) yang berlaku universal tanpa memandang dia laki-laki atau perempuan; dan filsafat Islam tidak menafikan adanya wahyu, sumber ajaran dari Tuhan. Jadi banyak berbeda dengan filsafat barat. Dasar bagi Islam adalah pengakuan atas entitas ketuhanan (tauhid) dan penyerahan diri pada entitas ketuhanan tersebut (iman). Diri manusia bukanlah miliknya sendiri, melainkan milik Tuhan yang menciptakan. Maka dalam etika Islam, baik dan buruk didasarkan pada bagaimana diri manusia ketika kembali kepada Allah SWT, dan etika itu tidak hanya berlaku pada pribadi saja, melainkan ada etika kelompok. Baik dan buruk pada pribadi berpengaruh pada baik dan buruk pada kelompok (masyarakat), dan parameter baik buruknya telah disampaikan oleh Allah SWT. Parameter etika tersebut ada yang berlaku umum/tidak hanya bagi pemeluk Islam (misalnya tidak mencuri, tidak membunuh, bersikap sopan, memberi bantuan pada yang membutuhkan dll); ada yang berlaku khusus umat Islam saja (shalat, zikir), namun pada akhirnya bagi seorang muslim semua kebaikan yang dikerjakan, atau keburukan yang ditinggalkan, berujung pada “ridha Allah”.

Maka, Islam sebetulnya menawarkan jawaban atas kritik-kritik feminisme terhadap filsafat barat. Etika atau konsep baik dan buruk dalam Islam, misalnya, tidak dibatasi bahwa laki-laki dapat melakukan kebaikan bernilai A dan perempuan hanya dapat melakukan kebaikan bernilai B. Perintah ibadah dan larangan yang diberlakukan sama, nilainya pun sama. Perbedaan pada cara pelaksanaan memang ada, namun hal itu karena adanya perbedaan yang bisa dipertanggungjawabkan. Misalnya, perempuan dapat mengalami menstruasi dan hamil, sedangkan laki-laki tidak, maka ada perbedaan dalam tata laksana ibadah.

Benar bahwa ada otoritas yang diberikan pada laki-laki, namun ada pembatasan agar otoritas itu tidak disalahgunakan (abuse). Dan lagi, ada satu fakta bahwa abuse juga bisa dilakukan oleh perempuan terhadap laki-laki, misalnya dalam tradisi Islam ada kisah tentang Yusuf yang hendak dipaksa oleh Zulaikha. Kisah yang bermakna bahwa kedua belah pihak hendaklah memiliki virtue yang sama agar sebuah peristiwa terlarang, atau pemaksaan kehendak dan sebagainya, tidak terjadi.

Wallahu a’lam.

Note: Catatan resmi penyelenggara atas kajian dari Dr. Kania serta slide materi yang ditampilkan dapat dibaca di sini.

Story Night World Tour – Jakarta, 10 Maret 2019

Nouman Ali Khan belum terlalu lama saya dengar namanya. Dan baru beberapa pekan terakhir saya mencoba-coba melihat videonya di YouTube—umumnya yang saya tonton adalah khutbah Jumat beliau. Saya tertarik sama ustadz Nouman ini karena teman saya, Ainil, sering bercerita tentang beliau di blog-nya dan dulu juga pernah mempromosikan Bayyinah (lembaga yang dikelola ustadz Nouman). Memberikan hadiah berlangganan Bayyinah ke orang lain segala.

Waktu ustadz Nouman datang ke Indonesia dan berceramah di masjid Istiqlal, saya tak sempat hadir. Lalu ada iklan penyelenggaraan Story Night di Balai Kartini Jakarta. Hm, saya tergerak untuk ikut. Dan kebetulan ada teman saya yang juga mau ikut tapi tak tahu cara bayar tiketnya tanpa kartu kredit. Oh kalau begitu sekalian saja saya bantu teman ini beli tiket, sekalian memaksa diri saya agar tak ragu-ragu lagi untuk beli tiket, haha. Kan agak gimana gitu rasanya membelikan tiket untuk orang tapi saya sendiri tidak ikutan beli.

OK. Singkat cerita, hari H tiba.

Saya memiliki kemampuan listening bahasa Inggris yang terbatas. Untuk alasan itu saya beberapa pekan ini mencoba-coba mendengar ceramah ustadz Nouman di YouTube: latihan listening. Kenyataannya saat hari H itu saya tetap mengalami berkali-kali blank, tidak paham apa yang sedang ustadz Nouman sampaikan. Tapi rasanya lumayan lah. Berikut ini akan aya coba rangkum apa yang saya dengarkan.

Ustadz Nouman bercerita tentang kisah Musa dan Firaun, dengan basis kisahnya surat Asy-Syu’ara (QS 26:10-68). Surat ini menceritakan sepenggal kisah nabi Musa AS, saat di pelariannya (setelah memukul sampai mati seorang warga Mesir) diperintahkan Allah SWT agar kembali ke Mesir, kepada Firaun. Maka Musa AS, karena khawatir ia akan ditolak di Mesir; khawatir hatinya sempit dan lidahnya kelu; ia minta agar Harun AS diutus bersamanya. Nabi Musa juga khawatir orang-orang Firaun akan membunuhnya, karena Musa memang melakukan pelanggaran hukum di Mesir yakni membunuh orangAllah mengingatkan kepada nabi Musa, menggunakan kata “kalla” (كلا), yang bisa diartikan “tidak akan”. Orang-orangnya Firaun tidak akan bisa membunuh nabi Musa karena beliau dilindungi oleh Allah SWT.

Demikianlah, nabi Musa dan nabi Harun datang menghadap ke Firaun. Ustadz Nouman memberi penekanan, bahwa sekalipun tadinya nabi Musa meminta Allah SWT mengutus nabi Harun bersamanya, yang berbicara dengan Firaun tetaplah nabi Musa. Tugas berbicara ke Firaun itu memang tugas untuk nabi Musa. Nabi Musa menyampaikan kepada Firaun bahwa ia kembali ke Mesir karena diutus oleh “penguasa seluruh negeri”, yakni Allah SWT. Pernyataan seperti ini mestilah membuat marah Firaun, karena Firaun menyatakan dirinyalah penguasa seluruh negeri. Pernyataan nabi Musa adalah tantangan bagi kekuasaan Firaun, dan itu berpotensi merusak sistem kenegaraan di Mesir karena membuat masyarakat yang menyembah Firaun tersadar bahwa Firaun itu bisa ditantang.

Firaun menjawab dengan menyatakan nabi Musa tak tahu berterima kasih. Ingat bahwa beliau dulu dibesarkan di lingkungan istana Firaun. Dan Firaun mengingatkan Musa AS tentang beban dosa masa lalunya, membunuh orang lalu kabur. Ustadz Nouman memberikan penekanan juga di sini, bahwa Firaun sedang mengintimidasi nabi Musa dengan beban masa lalu tersebut, namun nabi Musa tidak bergeming dan tetap menyampaikan tentang Tuhan Semesta Alam, Penguasa Seluruh Negeri.

Firaun

Nabi Musa menunjukkan mukjizatnya seperti tongkat menjadi ular dan tangannya bisa memancarkan cahaya. Firaun menantang dengan menghadirkan berbagai tukang sihir. Penekanan lain diberikan ustadz Nouman di sini. Dalam surat Asy-syuara tersebut, Allah SWT menceritakan bahwa para tukang sihir ingin memastikan bahwa mereka akan dibayar dengan mahal, diberikan hadiah yang sangat besar. Poin yang diberikan ustadz Nouman adalah, ada orang-orang yang bertindak seakan-akan demi keutuhan negara, demi pembelaan dan rasa cinta terhadap pemimpin dan terhadap bangsanya, tapi sebenarnya mereka hanyalah menginginkan keuntungan bagi mereka sendiri. Ustadz juga mencontohkan dunia Islam yang bergolak somewhat bisa dilihat dengan cara “follow the money”.

Maka, kembali ke kisah, mukjizat nabi Musa mampu mengalahkan segala muslihat tukang sihir. Para tukang sihir itu kemudian beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun, yang menimbulkan kemarahan besar Firaun. Seperti tadi telah ditinjau, peristiwa yang diceritakan ini memiliki ibrah kehancuran legitimasi yang dimiliki oleh Firaun. Firaun dan orang-orangnya tentu tidak menginginkan itu, dan cara yang harus mereka tempuh adalah dengan menghabisi nabi Musa.

Demikian selanjutnya diceritakan dalam Al Quran bahwa nabi Musa pergi membawa Bani Israil keluar dari Mesir dan dikejar oleh pasukan Firaun, dan berakhir dengan hancurnya pasukan Firaun melalui pembelahan lautan oleh tongkat nabi Musa.

Masya Allah.

Yang menarik bagi saya dari penyampaian ustadz Nouman adalah kemampuannya menghadirkan konteks yang sedang diceritakan dalam Al Quran, sehingga kisah kenabian ini tidak terasa flat serta makna yang terkandung bisa dengan mudah dipahami. Sekalipun saya penyuka sejarah, sejujurnya sejarah para nabi yang saya baca dan dengar dari guru-guru saya umumnya terasa sangat biasa saja. Tapi ustadz Nouman menghadirkan dengan baik sekali sebuah kisah nabi yang sudah sering saya dengar. Dan sekalipun kisah dalam Al Quran itu biasanya tanpa tanggal dan tahun, tanpa nama tempat, dan bahkan tanpa nama-nama orang yang terlibat, ustadz Nouman menyebutkan (di sesi rehat tanya jawab) bahwa hal-hal semacam itu bukanlah hal utama, dan konteks maupun ibrah dari cerita tetap dapat dihadirkan tanpa faktor-faktor itu.

Alhamdulillah untuk hari ini. Semoga berulang untuk waktu yang lain. Insya Allah saya akan mencoba untuk sedikit lebih giat belajar, dari ustadz-ustadz yag lain juga. Saya berharap agar didoakan berhasil jadi orang yang baik. Tentu saya juga berdoa sendiri, namun sesungguhnya saya sendiri khawatir doa saya tidak akan di-ijabah, dan barangkali doa orang lain lebih makbul.

Ke Kebun Raya Cibodas

Kamis, 7 Maret 2019. Tanggal itu ditulis di kalender dengan warna merah, dan karenanya sejak Februari saya sudah berniat memanfaatkan hari libur itu untuk berjalan-jalan. Yang dekat dari Jakarta saja, jangan jauh-jauh dulu. Harap maklum, pegawai baru pindah kerja tak punya banyak uang.

Pilihan saya adalah ke Cibodas. Di sana ada sebuah kebun raya alias botanical garden. Jadi, kebun raya itu tak hanya satu di Bogor saja, juga ada di beberapa tempat lain. Pilihan ke Kebun Raya (KR) Cibodas ini karena ada informasi dari kenalan saya yang akan bekerja di sana, bahwasanya di KR Cibodas sedang mekar bunga sakura. Selain itu seorang rekan kerja (saat itu masih di tempat lama) juga bilang dia ingin ke KR Cibodas.

Oke baiklah, tanggal 7 Maret tiba dan mari kita berjalan-jalan. Saya pergi sendiri saja. Mau ajak teman dan teman dan teman, merekanya juga lagi ikut jalan-jalan yang diselenggarakan kantornya. Okay. No problem.

Keberangkatan dari Jakarta

Menuju Cibodas harusnya bukan masalah besar bagi orang Jakarta. Cibodas masuk ke dalam kabupaten Cianjur dan lokasinya mudah diakses dari jalan utama yang menghubungkan Jakarta – Cianjur, di daerah Cipanas. Angkutan umum banyak. Hanya saja, yang bikin sinting (tapi hanya saat weekend dan hari libur) adalah jalan ke Cibodas dari Jakarta itu berarti lewat Puncak.

Karena tanggal merah, saya agak khawatir juga bakalan terjebak macet berjam-jam di Puncak. Tapi saya coba saja.

Saya berangkat menggunakan KRL dari Manggarai ke Bogor. Saya berangkat dari rumah jam 6 kurang, tiba di Manggarai jam 06.00, dan kereta hantublau arah ke Bogor itu tiba jam 06.40. Harusnya ada kereta tiap 10 menit, tapi biasalah perusahaan commuterline Indonesia, layanan gitu-gitu aja terus.

Lalu dari Bogor cari kendaraan yang ke Cianjur via Puncak. Tidak terlalu sulit. Dari stasiun Bogor naik angkot 03 jurusan Laladon – Baranangsiang. Naiknya dari pangkalan angkot di sebelah stasiun, bukan menyeberang lewat jembatan penyeberangan seperti saat jalan-jalan ke curug ini. Kalau bilang ke supirnya mau Cianjur, sang supir akan menunjukkan lokasi turun, dan di lokasi tersebut sudah menunggu mobil mitsubishi tua. Bantuak oto nan trayeknyo Padang Panjang – Bukittinggi. Kenapa jadi berbahasa Minang?

Saya naik ke si mobil tua, dan untuk beberapa saat si mobil masih menunggu penumpang agak penuh dulu. Lalu berangkat. Lewat tol, keluar pintu tol Ciawi dan terus ke Puncak. Belum masuk jalan raya Puncak saja sudah macet. Tentu saja. Kok dijelasin segala. Tapi ternyata macetnya hanya sampai belokan Taman Safari kok. Lepas itu, lancar jaya. Jadi ceritanya kalau hari libur, di jalan raya Puncak diberlakukan sistem buka-tutup. Pagi-pagi biasanya yang dibuka arah ke Cianjur. Alhamdulillah.

Tiba di pertigaan Cibodas. Lalu naik angkot kuning Cipanas – Cibodas. Diantar sampai ke gerbang KR Cibodas.

Saya tiba di Bogor sekitar jam 08.00, dan dengan angkot butuh sekitar 10 menit untuk tiba di pangkalan mobil Cianjur. Mobil Cianjur berangkat jam 08.45 dan tiba di pertigaan Cibodas sekitar jam 10.45. Kalau tak macet, harusnya sebelum jam 10.00 juga sudah tiba. Setelah naik angkot kuning, saya masuk KR Cibodas sekitar jam 11.00.

Kebun Raya Cibodas

Kebun Raya Cibodas, seperti kebun raya-kebun raya lainnya, adalah sebuah bagian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Tempat kerja baru saya. Cihuy, orang LIPI pikniknya ke LIPI. LIPI memiliki satuan kerja bernama Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya, yang mengelola KR Bogor, KR Cibodas, KR Purwodadi (di Pasuruan, bukan Purwodadi), dan KR Bali. Ada yang baru, kalau tak salah KR Batam.

Fungsi KR tentu saja untuk konservasi dan penelitian. Pengelolanya saja lembaga penelitian. Tapi setiap KR milik LIPI dibuka untuk publik sebagai area wisata pendidikan. Kan publik juga berhak untuk belajar tentang tanaman.

Seperti KR Bogor, KR Cibodas juga dibangun di jaman Hindia Belanda. KR ini dibangun tahun 1852. Pemrakarsanya adalah Johannes Elias Teijsman, ahli biologi kawakan yang namanya dijadikan nama sebuah taman di KR Bogor. Setelah kebun raya ini dibangun, Teijsman ini mencoba menanam pohon kina (Chinchona calisaya) di Cibodas, padahal ini pohon aslinya dari Peru. Pohon kina ini adalah bahan obat malaria, makanya penting bagi Hindia Belanda.

Penanaman itu tampaknya sukses. Sampai sekarang masih ada pohon-pohon kina di KR Cibodas.

KR Cibodas berada di lereng gunung Gede, terletak di antara gunung Gede dan gunung Pangrango. Posisinya itu membuat KR Cibodas memiliki kontur miring dan di beberapa tempat banyak terdapat tanjakan/turunan curam. Ketinggiannya 1400 mdpl, jadi so pasti area ini sejuk segar. Airnya dingin. Kalau KR ini sedang sepi (misalnya di hari kerja), saya yakin suasananya bakal sangat menyenangkan, menenangkan.

Tanaman koleksi andalan KR Cibodas adalah bunga bangkai (Amorphophallus titanum). Saat saya datang, kebetulan ada satu koleksi bunga bangkai yang baru saja mekar tanggal 4 Maret 2019. Wah, asyik. Bunga bangkai yang sedang mekar ini adalah bunga indukan, dulunya diambil saat masih berupa biji dari hutan belantara di Sumatra Barat.

Selain bunga bangkai, juga ada bunga sakura. Tapi saat saya datang musim mekarnya telah lewat. Biasanya sakura di Cibodas mekar di bulan Februari dan Juli.

Tanaman andalan lainnya, yang sudah ada semenjak jaman Teijsman, adalah kina itu tadi. Selebihnya ada baaaanyak koleksi tanaman yang diambil dari berbagai tempat di dunia. Bahkan juga ada koleksi lumut yang memang cocok tumbuh di ketinggian gunung itu, serta rumah kaca.

Selain tanaman, di area KR ada air terjun Ciismun. Cukup tinggi dan cantik buat difoto, tapi tak saya foto karena sedang ramai pengunjung. Fasilitas pendukung seperti masjid, food area, kendaraan keliling lengkap di sana. Bedanya dengan KR Bogor hanyalah KR Cibodas ini tidak lebih rapi dan koleksinya juga mungkin tak lebih banyak. Tapi untuk suasana, KR Bogor kalah jauh.

Oh ya, di area KR Cibodas tidak ada mesin ATM sama sekali. Jadi siapkan uang tunai sebelum berkunjung ke sana.

Pulang

Saat azan ashar berkumandang, saya bersiap untuk pulang. Sebelumnya sudah shalat duluan, di-jama’ dengan Zuhur. Untuk pulang ini tinggal naik angkot kuning lagi dan selanjutnya tunggu bus arah ke Kampung Rambutan.

Sebelum mencari bus, saya sempatkan ambil uang dulu di ATM dan kemudian makan siang. Makan siang jam 4 sore. Salah sendiri tadi tak bawa banyak uang tunai. Seperti yang tadi saya bilang, di KR Cibodas ternyata tak ada ATM 😅

Bus Marita jurusan Cianjur – Kampung Rambutan mengantarkan saya pulang. Naik bus sekitar pukul 16.30. Tiba di rumah pukul 23.00. Macet di Puncak itu sungguh naudzubillah. Tapi syukur alhamdulillah, saya puas di Cibodas siang itu.

Ke Dunia Baru

Mengakhiri yang Lama

Terhitung 24 Februari 2019, ternyata sudah tepat 7 tahun saya bekerja sebagai seorang pengajar Fisika di lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia—sebut saja namanya NF. Pekerjaan di sini boleh dibilang pekerjaan yang nyaman dan dengan penghasilan yang cukuuup lah. Untuk diketahui, saya bisa kuliah S-2 di Universitas Indonesia dengan modal gaji kerja di sini. Yaa agak megap-megap dikit selama kuliah sih, hehe.

Saya sebetulnya tidak ingin menjadi guru. Apalagi guru bimbel, yang mana saya itu sebetulnya sepakat dengan ibu dewan istrinya direktur NF ini, yang bilang bahwa bimbel itu tidak diperlukan jika sistem pendidikan formal di Indonesia itu baik dan benar. Terasa agak aneh memang, istri direktur bimbel bilang begitu, tapi memang NF ini menganut prinsip bimbel itu membantu siswa memahami ilmu. Jadi walau masih menjual tema nilai bagus dan kelulusan ujian masuk PTN, di NF tidak ada rumus cepat, dan umumnya para pengajar memberikan konsep dasar materi pelajaran agar siswa paham dan bisa mengerjakan soal.

Dan ini yang menarik bagi saya, sehingga bisa bertahan mengajar bimbel selama 7 tahun. Awalnya saya melamar kerja di NF hanya karena agak frustasi menganggur selama 2 bulan di Jakarta, jadi maksudnya untuk sekadar mengisi waktu saja. Tapi begitu saya lulus tes di NF dan kemudian mengikuti sebuah training yang diadakan NF (yang antara lain menjabarkan visi NF itu), pikiran saya agak sedikit berubah.

Walau begitu, saya bertekad tak akan selamanya di situ. Saya berkeinginan untuk menjadi dosen atau peneliti—cita-cita lama saya. Saya ingat ibu dosen pembimbing skripsi saya bilang begini setelah saya lulus sidang sarjana, “Edwards, anda jangan jadi guru. Anda cocoknya jadi peneliti.”

Makanya saya kuliah lagi. Ambil S-2 di Universitas Indonesia. Sambil terus mengajar di NF.

Pekerjaan Baru

Sejak saya selesai S-2 di awal 2017, saya melamar dan mengikuti beberapa tes dosen. Tapi tidak ada yang lolos. Bidang ilmu saya, Ilmu Kelautan, tidak menyediakan banyak lowongan dosen, dan kalaupun ada yaaaaa saya harus bersaing dengan banyak lulusan magister Ilmu Kelautan lainnya. Saya antara lain ikut tes dosen di Kementrian Kelautan dan Perikanan (mengincar dosen di Politeknik KP Pangandaran), tes dosen CPNS 2017 (mengincar dosen di Universitas Diponegoro), serta tes dosen non-PNS jurusan Sains Kelautan ITERA yang katanya mau dibuka.

Itu yang ikut tes. Ada beberapa lamaran yang saya kirim tapi tak dipanggil tes, alias gagal di awal.

Tak lulus ini bikin frustasi juga. Umur terus bertambah, mendekati batas umur yang umum diberikan pada calon dosen berlatar S-2. Saya bersiap-siap untuk mengakhiri impian jadi dosen/peneliti dan meneruskan kiprah dengan lebih baik di NF. Hingga akhirnya datang kesempatan terakhir: Seleksi CPNS 2018.

Awalnya saya mengincar formasi dosen lagi. Target saya sekarang Universitas Syiah Kuala. Di Aceh. Iya, Aceh. Jauh dari Jakarta, dan masih jauh dari kampung saya di Bukittinggi. Barangkali memang saya punya masa depan di situ.

Tapi hidup seringkali tidak berjalan seperti apa yang kita mau.

Untuk memilih formasi dosen, ada persyaratan dokumen yang sulit saya penuhi. Daripada nanti gagal lagi, lebih baik saya cari formasi lain.

Saya mengganti incaran ke LIPI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Formasi sebagai Peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi.

LIPI ini sebenarnya impian terbesar saya, lebih dari impian bekerja sebagai dosen di perguruan tinggi. Tapi ini impian setinggi langit. Dulu, saat tes CPNS tidak sepenuhnya terpusat di BKN, LIPI selalu memberikan persyaratan berat bagi yang berminat masuk ke sana. Sebagai lembaga penelitian, tentunya mereka hanya mau rekrut orang-orang yang bagus secara akademik. Makanya, saya agak sedikit ngeri. Ini ibarat naik ke puncak Himalaya.

Tapi yang ini malah lulus. Nah loh. Bukan pilihan awal, saya pilih dengan takut dan saya harus menguatkan hati kalau kekhawatiran saya benar, eh ternyata malah lulus. Tak perlu saya jelaskan prosesnya, tapi saya katakan di sinilah saya jadi benar-benar menyadari bahwa: 1) yang punya kehendak itu Allah SWT, bukan manusia; 2) Allah SWT melaksanakan kehendaknya dengan cara yang tak akan pernah kita duga. Benarlah ustadz Nouman Ali Khan dan juga ustadz Adi Hidayat (dan banyak ustadz lainnya) ketika mereka menerangkan dalam kajian-kajiannya, bahwa Allah SWT itu selalu punya rencana yang terbaik, tapi manusia itu seringnya tidak menyadari.

Babak Baru

Proses seleksi CPNS 2018 sudah selesai. Tapi perjalanan masih jauh. Saya sekarang sudah berstatus Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), yang artinya masih bisa terdepak, tidak diangkat menjadi PNS. Saya harus menjalani masa prajabatan dulu selama setidaknya satu tahun, melalui berbagai diklat dan tes. Setelah diangkat jadi PNS, tantangan kerja penelitian menanti.

Gambaran pekerjaan di Pusat Penelitian Oseanografi bisa dilihat melalui video berikut.

Rencananya (sampai artikel ini ditulis), saya akan ditempatkan di laboratorium Biogeokimia. Ini bidang yang membahas proses-proses fisika-kimia-biologi di lautan. Topik ini agak jauh dari bidang penelitian untuk tesis magister saya (tentang tsunami), tapi tentunya sangat terkait dengan jurusan saya yaitu Ilmu Kelautan. Karena jauh dari penelitian sebelumnya, maka bagi saya biogeokimia bukan hal mudah. Saya harus belajar dan belajar terus.

Sanggupkah saya? Si pemalas ini?

Saat mengikuti pertemuan perdana dengan jajaran pimpinan kantor baru saya di Ancol, Kepala Pusat Penelitian Osenaografi memberi suatu penekanan ke saya. Begitu beliau tahu saya berlatar belakang ilmu Fisika, beliau bilang bahwa Oseanografi Fisika itu levelnya internasional. “Anda nanti harus sekolah di luar, kalau di Indonesia ya buat apa?”

Dor. Mati kau Ed.

Tapi, saat artikel ini ditulis, saya belum mulai bekerja. Jadi …

Kita mulai dengan nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang.

Mengenali Bumi Kita (1): Tentang Struktur Geologi Bumi

Pembuka
Beberapa waktu lalu beberapa rekan bertanya kepada saya tentang gempa bumi Lombok, dan salah seorangnya mengusulkan agar saya membuat artikel (di blog) tentang gempa bumi. Saya bukan seorng ahli, hanya seseorang yang pernah membuat skripsi dan tesis tentang gempa bumi dan tsunami saja. Tapi boleh juga lah ide membuat tulisan itu, setidaknya untuk mengenang kembali masa-masa kuliah dulu.

Bahasan tentang gempa bumi sebetulnya multidisiplin, terkait dengan beberapa bidang ilmu. Tapi latar belakang saya adalah Fisika, karena itu tinjauan tulisan saya terutama di aspek fisika gempa bumi itu. Saya tidak tahu seberapa banyak artikel populer yang membahas tentang gempa bumi. Juga tak tahu seberapa jauh suatu kalangan mengenal gempa bumi. Dengan harapan tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapapun, apapun latar belakangnya, saya akan mulai dari hal paling dasar saja.

Struktur Bumi

Bumi kita bukan benda bulat padat nan seragam dari luar ke dalam. Bumi ini sebuah bola yang berlapis-lapis, dengan bagian dalamnya ada yang padat dan ada yang tidak. Mungkin agak tepat (tapi sebenarnya jauh, saya hanya tak menemukan perbandingan lain yang lebih baik saja) untuk membayangkan bumi seperti buah alpukat: terdapat lapisan kulit, dan isinya berbentuk semacam padatan yang tidak kaku, serta di tengahnya ada biji yang padat. Yang jelas, Bumi kita ini memang terdiri atas lapisan-lapisan semacam itu. Di bawah ini gambaran struktur bumi.

Sedikit gambaran tentang sifat material di tiap lapisan Bumi sebagai berikut:

  1. Inti dalam: berupa bahan padat (solid) yang mengandung besi.
  2. Inti luar: berupa bahan cair (liquid) yang juga mengandung besi.
  3. Mantel: berupa bahan semi-padat, yakni padat, tapi bersifat plastis (bayangkan adonan kue yang sudah agak padat oleh tepung) dan somehow masih bisa mengalir. Bagian teratas mantel yang persis di bawah kerak, disebut “astenosfer”, bersifat lebih lembek, dan di beberapa tempat bisa keluar ke permukaan bumi.
  4. Kerak bumi: berupa bahan padat, yakni serupa batuan yang biasa kita temukan di permukaan Bumi. Kerak adalah pembungkus Bumi, persis berada di atas mantel. Kerak ini dibagi jadi 2: kerak benua yang membentuk daratan luas (benua), dan kerak samudra yang membentuk dasar laut.

Temperatur di bagian dalam bumi itu sangat panas. Kita lewatkan saja detilnya karena tak terlalu penting untuk tulisan ini. Kita hanya perlu cukup tahu bahwa: 1) inti luar lebih panas daripada mantel, dan mantel jauh lebih panas daripada kerak, sehingga, 2) mantel—yang berada di antara dua lapisan berbeda suhu—menjadi media penghantaran panas melalui proses konveksi (proses transfer panas melalui perpindahan material). Dengan kata lain, lapisan mantel itu menggelegak seperti air dipanaskan.

Konveksi di lapisan mantel memiliki implikasi. Konveksi melibatkan pergerakan material di mantel, dan pergerakan itu menyebabkan lapisan kerak menjadi retak dan ikut bergerak sesuai pergerakan astenosfer. Retakan-retakan itu banyak jumlahnya, dan tiap pecahan kerak akan kita sebut sebagai lempeng tektonik. Pergerakan astenosfer tidaklah sama arahnya di setiap bagian, dengan demikian setiap lempeng juga bergerak dengan arah yang beragam. Inilah dasar dari teori tektonik lempeng, teori paling mutakhir yang sejauh ini paling bisa menjelaskan tentang beberapa fenomena di permukaan Bumi.

Teori Tektonik Lempeng

Perhatikanlah kembali peta dunia. Perhatikan adanya kecocokan garis-garis benua, terutama benua Amerika dengan Eropa – Afrika yang terpisahkan oleh samudra Atlantik. Lalu coba bayangkan: mungkinkah di suatu masa yang lampau, sesungguhnya samudra Atlantik itu tidaklah ada dan di kala itu itu benua Amerika – Eropa – Afrika itu adalah daratan yang satu, namun tiba-tiba terpisah dan bergerak saling menjauh?

Pemikiran seperti itu ada di benak Alfred Wegener di tahun 1912. Ia meyakini bahwa benua di Bumi ini berupa batuan granit yang terapung di atas batuan basalt yang kerapatannya lebih tinggi. Ya, Fisika memang menyatakan bahwa benda yang kurang rapat akan mengapung di atas benda yang lebih rapat, dan konsep ini yang mendasari pemikiran Wegener. Benua yang terapung itu bergerak. Implikasinya, mungkin ada daratan yang dulunya satu, lalu terpisah; atau sebaliknya, ada daratan yang dulunya terpisah lalu sekarang menyatu. Teori ini diberi nama teori “Pergeseran Benua” atau Continental Drift, dikemukakan Wegener dalam bukunya, The Origin of Continents and Oceans.

Wegener sangat yakin bahwa dahulu Afrika dan Amerika Selatan adalah daratan yang satu dan kemudian terpisah. Sayangnya, di masa itu belum ada cukup bukti, selain bentuk tepian benua Amerika dan Afrika yang memang seperti puzzle. Dan pada akhirnya Wegener pun harus menghadapi kenyataan bahwa teorinya tidak diakui di kalangan ilmuwan dunia.

Butuh waktu hingga hampir 60 tahun sesudahnya barulah teori Wegener diterima. Perkembangan teknologi dan semakin komplitnya pemetaan Bumi memberikan berbagai bukti bahwa benua-benua di Bumi ini bergerak. Termasuk bukti atas apa yang diperkirakan Wegener: Afrika dan Amerika bergerak saling menjauh, dan dipastikan dahulunya kedua benua itu menyatu. Bukti utama yang digunakan sekitar tahun 1960an antara lain pola medan magnetik yang tercatat melalui magnetometer dan penemuan mid-oceanic ridge, barisan gunung dasar laut yang membentang di tengah samudra Atlantik. Selain itu, penggunaan instrumen seperti seismograf membantu para ilmuwan memetakan bagian dalam Bumi, memberikan pemahaman tentang lapisan-lapisan Bumi, umur batuan, serta kerapatan batuan. Setelah penemuan GPS, pergerakan benua-benua itupun makin terkonfirmasi.

Teori Pergeseran Benua milik Wegener akhirnya disempurnakan menjadi Teori Tektonik Lempeng, yang menyatakan bahwa kerak bumi tersusun atas pecahan-pecahan lempeng yang “terapung” dan bergerak di atas lapisan mantel.

Struktur Kerak Bumi

Kerak bumi merupakan lapisan terluar Bumi. Ia keras, padat dan kaku, tidak seperti lapisan di bawahnya yang semi-padat: padat namun masih dapat mengalir (fluid).

Ada dua jenis kerak bumi. Pertama kerak benua, yang menyusun daratan utama dan beberapa pulau besar. Kerak benua ini tebal, tersusun atas batuan felsic (contoh: granit). Jenis yang kedua adalah kerak samudra, yang menyusun dasar laut. Kerak samudra jauh lebih tipis, dan tersusun atas batuan mafic (contoh: basalt). Batuan felsic dan mafic ini memiliki perbedaan kerapatan. Batuan mafic lebih rapat dibandingkan felsic, sehingga lebih berat dan keras. Dengan karakteristik inilah kerak samudra (batuan mafic) lebih tipis dan posisinya lebih rendah dibandingkan kerak benua (batuan felsic). Karena lebih rapat, kerak benua cenderung lebih mengapung dibandingkan kerak samudra.

Bagaimana kerak benua terbentuk? Kerak benua merupakan kerak yang usia batuannya sangat tua. Kerak benua adalah hasil pembekuan lapisan terluar Bumi di masa-masa awal pembentukannya. Bumi dulunya adalah bola gas panas yang perlahan mendingin. Pendinginan ini berakibat membekunya bagian terluar Bumi, dan Bumi pun terbungkus batuan padat yang sekarang kita sebut kerak bumi. Kita bisa mengatakan bahwa kerak yang terbentuk melalui proses pendinginan itu adalah kerak benua, karena kerak samudra diketahui umur batuannya jauh lebih muda dibandingkan kerak benua, sehingga tidak mungkin kerak samudra juga terbentuk di masa awal pendinginan bumi.

Seperti telah disampaikan sebelumnya, material di dalam mantel mengalami konveksi sehingga bergerak-gerak, menyebabkan lapisan kerak tadi menjadi retak (terutama di bagian yang tipis), menghasilkan banyak lempengan. Lempeng-lempeng tektonik ini juga bergeser karena pergerakan mantel, dan implikasinya: 1) ada bagian lempeng yang saling bertemu satu sama lain, dan lempeng yang lebih tipis akhirnya menyusup ke bawah lempeng yang lebih tebal lalu tenggelam ke dalam lapisan mantel, dan 2) ada bagian lempeng yang bergerak saling menjauh sehingga mantel tersingkap. Singkapan ini mengubah tekanan dan suhu di bagian yang terbuka sehingga magma yang ada di tempat itu membeku, menghasilkan batuan yang sangat rapat dan keras, yaitu kerak samudra.

Jadi kerak samudra terbentuk dari pembekuan magma (batuan cair panas) yang dihasilkan dari mantel. Material mantel berwujud padat meskipun sangat panas, karena di dalam lapisan mantel itu tekanan sangat tinggi. Di bagian yang tekanannya yang lebih rendah, material mantel akan mencair menjadi magma. Jika magma ini muncul atau tersingkap ke permukaan Bumi, membekulah ia karena suhu dan tekanan di permukaan Bumi jauh lebih rendah.

Waktu milyaran tahun cukup untuk mengubah struktur kerak bumi sepenuhnya. Jika dahulunya 100% kerak adalah kerak benua, saat ini hanya tersisa 40% kerak benua saja. Artinya kerak samudra telah terbentuk terus menerus di tempat yag sekarang kita kenali sebagai samudra Pasifik, samudra Atlantik, samudra Hindia dan juga lautan Antarktika.

Kerak samudra ini terus terbentuk sejak jaman Bumi purba hingga sekarang. Samudra Atlantik adalah contoh terbaik. Batuan di dasar samudra Atlantik diketahui memiliki umur termuda dibandingkan dengan tempat lain di dunia. Semakin ke tengah samudra Atlantik, umur batuannya makin muda dan di tengah samudra Atlantik ini ditemukan formasi menyerupai gunung di bawah laut, memanjang dari Islandia di utara hingga ke dekat Antarktika di selatan. Batuan di area gunung ini baru saja terbentuk, dan juga ditemukan aktivitas magma yang menyeruak keluar dari rekahan gunung dan kemudian membeku. Sementara, di tepian samudra Atlantik baik di sisi Amerika maupun Afrika memiliki umur yang sama, yakni jutaan tahun lalu.

Gunung yang memanjang membentuk pematang itu adalah mid-oceanic ridge. Ia adalah jejak yang memberikan petunjuk bahwa Amerika Selatan dan Afrika dahulunya pernah menyatu. Ilustrasinya dapat dilihat pada video berikut ini.

Kembali ke ilustrasi dua lempeng tektonik yang telah ditampilkan di atas, namun kali ini dengan arah yang dibalik. Lempeng-lempeng bergerak saling mendekat. Dalam kasus ini tentunya kedua lempeng beradu. Jika kedua lempeng merupakan lempeng benua (yang tebalnya sama), maka batas kedua lempeng tersebut akan saling terangkat. Jika yang beradu adalah lempeng benua dengan lempeng samudra, maka lempeng samudra yang tipis itu akan tersuruk masuk ke bawah lempeng benua, dan menyebabkan sisi lempeng benua (yang beradu) terangkat.

Contohnya? India. Ini contoh terbaik. Pernah bertanya kenapa di utara India itu ada barisan pegunungan sangat tinggi yang kita sebut pegunungan Himalaya? Pegunungan itu terbentuk dari hasil beradunya potongan lempeng Eurasia dengan potongan lemeng India. Ilustrasinya pada video di bawah ini:


Seperti sudah saya sampaikan di awal, tulisan ini akan disampaikan secara berseri karena memang bahasannya sangat panjang. Jadi, lebih detil tentang pergerakan dan interaksi antar lempeng akan dibahas di tulisan berikutnya. Demikian juga dengan implikasi dari pergerakan lempeng tersebut seperti gempa bumi, gunung api dan tsunami. Untuk sementara, sekian.