“Terima Kasih Sudah Berbagi Kepintaran”

Pada suatu hari … ah siga pelajaran mengarang anak SD

Suatu sesi konsultasi pernah terjadi di sebuah cabang suatu bimbel, di Jakpus. Saya, “konsultan”. Dua orang siswi kelas 12 SMA sebagai klien. Permasalahannya adalah mata pelajaran Fisika. Kejadiannya sudah agak lama, kira-kira dua bulan lalu.

Sebentar, sebenarnya saya merasa agak aneh dengan istilah “konsultasi”, karena yang terjadi hanyalah para siswi itu punya beberapa soal latihan dan saya membantu mereka mengerjakannya. Tapi ah sudahlah, rupanya “membantu” itu yang dinamakan “konsultasi”.

Ok singkat cerita, semua berjalan lancar, alhamdulillah. Ketika mau pulang, kedua siswi menyalami saya dan salah seorang dari mereka bilang, “Kak, terima kasih sudah berbagi kepintaran.” Cukup untuk membuat saya tertegun.

Saya tak pernah merasa cukup pintar (ah, ini klaim sepihak, tapi boleh-boleh aja dong). Ya, saya tak cukup pintar walaupun orang selalu takjub begitu mengetahui saya kuliah di jurusan Fisika, atau mengajar Fisika. Saya biasanya peringkat 30an (dari 40an siswa) di kelas, semasa SMA. Pas kuliah di ITB, IP selalu Nasakom. Di Unand sedikit mendingan, tapi tetap IPK cuma beberapa poin di bawah 3.

Saya pintar? Kalau dinilai dari statistik prestasi sih nggak. Bandingkan dengan anak-anak peserta bimbel ini yang banyak diantara mereka siswa-siswi berprestasi. Atau, setidaknya mereka rajin belajar. Saya mah boro-boro, jaman kuliah kerjaan nge-game atau internetan.

Ketika sedang mengajar pun saya sering merasa geje sendiri. Pernah kehilangan kata-kata ketika sedang memberi penjelasan. Kalo cuma lupa rumus sih no problem, saya memang benci menghafal rumus dan setiap mengajar selalu menyiapkan buku biar kalau lupa rumus tinggal lihat di bukunya. Tapi lupa atau tak tahu konsep itu mengerikan. Belum lagi kalau ada yang memberi pertanyaan seram, wah itu seperti sidang Tugas Akhir rasanya. Untungnya cuma sedikit yang pernah memberi pertanyaan seram itu :mrgreen:

Teaching Physics is no easy thing!

Lalu berbagi kepintaran? Ha!

Tapi begitu rupanya perasaan kita kala menjadi guru: saat siswa memberi penghargaan da berterima kasih kepada kita, senangnya minta ampun. Alhamdulillah, saya nggak pintar tapi dibilang bisa berbagi kepintaran. Ngeri gak situ?