Bargain Urang Awak di Perantauan

Photo by Luthfi Amara @ www.panoramio.comSudah jamak diketahui bahwa warga etnis Minang adalah orang-orang yang senang merantau. Faktanya, di berbagai kota besar di Indonesia banyak sekali urang awak yang mencari penghidupan. Mulai dari posisi mentri (zaman Soeharto dulu), pengusaha foto copy, sampai pedagang kaki lima. Di Bandung saja, hampir semua usaha foto copy yang ada di sekitar kompleks kampus dimiliki oleh urang awak. Rumah makan khas Minang (sering disebut RM Padang – sesuatu yang sebenarnya salah kaprah) banyak bertebaran dimana-mana. Di Jakarta lebih banyak lagi urang awaknya, konon sampai 2 juta orang. Jumlah yang fantastis, karena penduduk kota Bukittinggi saja tidak sampai sebanyak itu.

Jumlah yang besar itu mestinya juga diikuti dengan daya tawar yang besar juga. Hal ini bisa digapai kalau urang awak menempati posisi yang penting dalam masyarakat. Bukan berarti harus jadi pejabat, yang paling penting adalah seberapa besar urang awak memberikan manfaat bagi sekitarnya. Ini sesuai juga dengan kata-kata nabi Muhammad SAW, bahwa seorang manusia mestilah memiliki manfaat bagi manusia lainnya.

Terkadang memang banyak juga orang yang iseng meledek urang awak. Dibilangnya dengan nada mengejek (kebanyakan untuk bercanda – jadi urang awak yang baca ini jangan marah dulu), urang awak itu identik dengan warung Padang dan pedagang kain. Tidak sepenuhnya salah, toh memang banyak urang awak dengan profesi itu. Namun, kalau saja urang awak itu benar-benar menampakkan manfaat yang signifikan bagi masyarakat, maka ledekan itu bisa saja dibalas dengan elegan.

Photo by Aizkor @ www.panoramio.comPemilihan Gubernur (Pilkada) DKI Jakarta sedang hangat-hangatnya. Beberapa waktu lalu saya mendengar kabar bahwa masyarakat Minang di Jakarta kecewa karena pak Djasri Marin batal menjadi cawagub mendampingi Fauzi Bowo. Lalu, berita di detik.com menyebutkan bahwa pihak lawan Fauzi, yakni pasangan Adang – Dani mencoba melakukan pendekatan dengan warga Minang di Jakarta.

Terlepas dari citra negatif dari politik, dimana pelaku-pelaku politik seringkali tidak benar-benar memperjuangkan aspirasi rakyat, saya melihat sisi positif dalam keterlibatan urang awak dalam pilkada ini. Disinilah urang awak bisa menunjukkan eksistensi sekaligus memberikan manfaat bagi orang lain. Kalau cuma eksistensi, urang awak sudah dikenal eksis dimana-mana. Tapi soal manfaat, itu lain soal.

Keterlibatan urang awak dalam pilkada ini akan bernilai positif jika urang awak berhasil membuat langkah cerdas. Kalau kesepakatan dengan Adang – Dani seperti diberitakan Detik.com itu hanya seputar uang dan jabatan yang bakalan diterima perwakilan warga Minang, lebih baik tidak usah saja. Untuk apa uang, toh warga Minang banyak yang kaya (minimal berkecukupan lah). Jabatan juga begitu: kalau tak pandai-pandai menjabat, bersiaplah jadi pesakitan di neraka. Urang awak yang berakal sehat harusnya tidak mengambil resiko itu, kecuali kalau memang bisa mengusulkan orang yang kapabel untuk jadi pejabat.

Akan lebih baik jika misalnya urang awak membuat semacam kontrak politik dengan calon gubernur, dimana isi kontraknya terkait dengan usaha membenahi Jakarta sebagai ibu kota Indonesia menjadi lebih baik. Isu banjir, keamanan, korupsi, dan persoalan transportasi harus menjadi bagian dari apa yang sedang dipikirkan orang Minang untuk Jakarta, dan dalam kaitan dengan pilkada ini, orang Minang juga mesti ikut memaksa cagub untuk benar-benar serius menangani permasalahan itu.

Dengan kontrak politik, maka kesepakatan tidak berhenti setelah si cagub menang atau kalah dalam pemilu, tapi berlanjut dalam proses jalannya pemerintahan. Nanti bisa saja urang awak menuntut pemda DKI kalau masih saja terjadi banjir, atau pembangunan sarana transportasi yang semakin tidak jelas. Urang awak tidak lagi sekedar menjadi pedagang oportunis di Tanah Abang, namun juga menunjukkan baktinya untuk kebaikan kota Jakarta. Dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung.

Hanya selintas pemikiran di otak saya yang masih muda ini. Maaf kalau ada yang salah.

4 thoughts on “Bargain Urang Awak di Perantauan

  1. Hahaha… Adang gak usah susah2 pdkt-in urang awak deh. Karena… hehehe (rahasia ah!)

    Ed ini yang dulu daftar di Go Minangkabau (yang blogspot) dengan url lagi-mikir yah?
    Udah terdaftar di list Blogger Minang dunk, awak ganti link iko se yo?

    Btw, pendaftarannyo di forumAwak lah terapprove. Tapi patang ado kesalahan teknis nih, jadi maaf yo kalau mungkin passwordnyo jadi ndak samo jo nan didaftarkan. tapi beko bisa kok diubah surang.

    Ditunggu perkenalannyo yo!!

    Like

  2. @ Uni Hannie
    Hehehe… namanya juga politik uni… Wajar tuh PDKT. Sekalipun sampai kini wak masih jadi kader PKS, Insya Allah wak cubo obyektif. Adang jo Foke nan dicaliak kan rancak buruaknyo. Bia Adang didukuang PKS kalau tetap nampak buruak yo ndak usah dipiliah 😀

    Satuju kan uni 🙂

    Oh iyo, tarimo kasih lah diapprove yo ni…

    Like

  3. Ondeh mandeh.. takana waktu jalan-jalan ka bukik jo kawan sarato dosen dulu.. malam-malam jam 12 indak bagai taun baru do tagiah juo bafoto-foto tangah malam hahaha..

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.